Jangan Lupa! Cukup Klik 1X Iklan Dibawah
Kerja Part time 1-2 jam perhari, gaji puluhan juta rupiah. Hanya ada di bisnis ODAP terbukti membayar dan bukan penipuan.Info Lanjut Klik Disini
belajar komputer

Laman

Rabu, 15 September 2010

Cara ‘Hacker’ Beraksi

Anda masih ingat film Hackers? Dalam film tersebut dikisahkan bagaimana seorang remaja mengacaubalaukan berbagai sistem komputer perusahaan raksasa yang jahat, mengadakan duel hidup-mati di cyberspace, dan akhirnya menyelamatkan dunia.
Dalam dunia nyata, kejadiannya mungkin tidak seseram dan seheboh film di atas. Akan tetapi hacker, yang dikategorikan sebagai baik maupun buruk, pasti melakukan penyusupan, karena memang itulah aktivitas seorang hacker. Proses penyusupan dalam dunia hacker ini dapat dibedakan menjadi beberapa tahapan, antara lain mencari sistem komputer untuk dimasuki, menjelajahi sistem tersebut, termasuk mencari akses ke seluruh bagiannya dan membuat backdoor serta menghilangkan jejak.

Mencari Sistem Komputer
Sejak dulu, walaupun ketika itu tidak banyak komputer terhubung ke dalam jaringan, para hacker sudah mulai menampakkan diri. Ketika itu mereka mencari sistem dengan cara menghubungi nomor telepon yang dicurigai ada akses ke jaringan dengan modem. Biasanya yang menjadi sasaran adalah nomor telepon perusahaan besar yang kemungkinan besar memiliki akses jaringan.
Kemudian mereka menghubungi nomor-nomor telepon yang berdekatan sampai menemukan nomor yang memberikan sinyal carrier. Jika sinyal carrier ini ditemukan mereka merasa senang karena menemukan celah untuk menyusup ke komputer yang terhubung melalui modem dan line telepon. Walaupun melakukannya secara manual, lambat laun mereka sering melakukannya dengan program khusus yang disebut Prefix Scanner, Demon Dialer, atau War Dialer.Salah satu contoh dari program tersebut adalah ToneLoc.
Namun ketika Internet mulai mengglobal, dengan sebagian besar komputer sudah terhubung jaringan, para hacker semakin mudah mencari sasaran komputer host. Saat ini yang perlu dicari bukanlah komputernya, melainkan pintu masuk yang bisa dimanfaatkan dalam sistem komputer tersebut. “Pintu masuk” di sini adalah port, yaitu jalur-jalur keluar-masuknya data dari dan ke suatu komputer yang proses aksesnya disebut “port surfing”. Pencarian port yang dapat digunakan biasa dilakukan dengan program khusus yang disebut Port Scanner. Contohnya Rebellion, PortPro dan PortScanner (mampu memeriksa sekelompok alamat IP untuk mencari port yang terbuka). Di antara port yang sering terbuka adalah port 23 (telnet), port 43 (whois), port 79 (finger), dan port 25 (simple Mail Transfer Protocol).
Servis-servis yang sering terdapat ini kemudian dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi lebih jauh tentang host yang akan dijadikan sasaran. Servis yang paling umum dipakai adalah finger.
Finger, servis yang umum bagi sistem operasi UNIX (meskipun sudah ada versi Windows-nya, misalnya Finger32) adalah perintah yang dapat menampilkan informasi mengenai seorang pemakai jaringan. Cara kerjanya sebagai berikut. Bila seseorang menjalankan program utiliti finger client (misalnya Finger32 tadi) untuk mencari keterangan tentang A di sistem B, misalnya, program finger client tadi akan mengirimkan permintaan ke finger daemon di sistem B.
Daemon dalam konteks ini bukanlah makhluk merah yang berekor dan bertanduk (dan di jidatnya ada angka 666), melainkan program yang ditempatkan sebagai “penunggu” port-port pada host di Internet. Daemon ini tugasnya menjalankan perintah dari luar secara otomatis, misalnya mailer daemon, finger daemon, dan sebagainya.
Finger daemon yang kemudian akan mengirimkan informasi yang diminta ke tujuan. Kelengkapan informasi yang diberikan bisa berbeda-beda, tergantung konfigurasi sistem yang digunakan. Informasi yang umum ditampilkan antara lain login name, waktu login terakhir, dan nama pemakai.
Contoh “konfigurasi servis finger yang tidak umum” telah dilakukan oleh beberapa staf Ilmu Komputer di Carnegie Mellon University beberapa tahun lalu. Ketika itu mereka menghubungkan komputer DEC 3100 yang menjalankan servis finger dengan sebuah otomat minuman dingin. Ini agar mereka bisa menggunakan perintah finger dari ruangan mereka masing-masing (ke coke@cs.cmu.edu) untuk mengetahui jumlah minuman yang masih ada, dingin/tidaknya, dan jenisnya tanpa datang dan melihatnya sendiri.
Finger juga bisa digunakan untuk melihat daftar pemakai dalam suatu sistem. Dalam hal ini, yang difinger adalah hostnya, bukan nama pemakai secara spesifik, seperti finger @host_sasaran.com
Perusahaan besar biasanya menonaktifkan finger daemon pada sistem mereka (dengan menyunting file /etc/inetd.conf) untuk menjaga keamanan jaringan mereka. Bila finger dilakukan pada sistem-sistem semacam ini, akan muncul pesan Connection Refused. Selain melakukan scanning terhadap port yang terbuka, juga bisa dilakukan scanning terhadap sistem secara umum. Biasanya untuk mengetahui jenis sistem operasi dalam komputer, tipe daemon, file share (NETBIOS pada sistem berbasis Windows).
Contoh program scanner komersial yang menscan kelemahan sistem secara umum adalah Internet Security Scanner, COPS, dan SATAN. Sebenarnya masih banyak program sejenis yang dibuat dengan tujuan membantu administrator sistem untuk menemukan celah-celah pada sistemnya (untuk kemudian diperbaiki). SATAN (Security Administrator Tool for Analyzing Networks) merupakan program yang diibaratkan pedang bermata dua, karena dapat dimanfaatkan orang yang hendak menerobos ke dalam sistem.
Seorang hacker juga bisa melihat jumlah server yang ada di balik suatu domain name dengan perintah whois. Bila di balik suatu domain name terdapat beberapa mesin/suatu jaringan, hacker juga akan berusaha melakukan pengumpulan informasi dan pemetaan terhadap jaringan tersebut. Misalnya dengan menggunakan perintah showmount, rpcinfo, melihat NFS export dari komputer-komputer yang menjalankan nfsd atau mountd untuk menemukan komputer-komputer yang memiliki hubungan “terpercaya” (trusted).
Pencarian komputer yang saling berhubungan bisa dilakukan dengan melihat situs Web dan dokumen yang disediakan host bersangkutan. Situs Web dan dokumen semacam ini umumnya memuat informasi tentang host lain yang “sekelompok” dengan host yang akan dimasuki. Beberapa perintah yang umum digunakan untuk eksplorasi tersebut biasanya hanya ada di UNIX. Namun sistem operasi Windows 95 dan Windows 98 juga menyediakan beberapa perintah TCP/IP yang cukup bermanfaat, misalnya arp, tracert, ping, netstat, nbtstat, dan sebagainya.

Menyusup dan Menyadap Password
Sesuai namanya, cara ini dilakukan dengan cara menebak kombinasi username dan password dalam sistem yang dijadikan sasaran. Dulu sekali, orang masih belum begitu sadar akan pentingnya password yang sulit ditebak, sehingga password mudah ditebak dengan cara manual. Sekarang, cara menebak password ini dilakukan dengan menggunakan program.
Prinsip dasar program pemecah password dengan cara ini cukup sederhana. Biasanya, hacker yang ingin menggunakan program tersebut terlebih dulu menyusun daftar kata yang sering digunakan orang. Bisa berupa nama aktor, nama tempat, dan sebagainya. Lalu, program pemecah password tersebut akan mencoba kombinasi dari kata-kata dalam daftar tersebut sampai mendapatkan kombinasi yang sesuai. Ada juga program yang mencoba seluruh kombinasi karakter yang mungkin, baik huruf, angka maupun karakter lain.
Metode ini disebut “brute forcing”. Beberapa program yang lebih baik, misalnya L0phtCrack, memiliki fasilitas untuk melakukan brute forcing maupun penebakan berdasarkan daftar kata.
Sampai sekarang, cara menebak password masih banyak dipakai, dan program-programnya banyak tersedia, baik untuk NT, UNIX maupun DOS. Misalnya saja program CrackerJack dan StarCrack. Program-program ini sebenarnya diciptakan untuk keperluan pengamanan sistem. Seorang administrator sistem biasanya memiliki beberapa program semacam ini, lengkap dengan seperangkat file daftar kata, untuk memastikan bahwa password-password dalam sistemnya benar-benar kuat dan tidak mudah dibobol.
Pada awalnya, penggunaan metode penebakan password memiliki ekses yang cukup jelek, yakni jumlah kegagalan login yang tinggi (akibat dari berbagai kombinasi yang salah) sebelum kombinasi yang sesuai ditemukan. Ini terutama terjadi pada penerapan metode brute forcing. Jumlah login yang gagal selalu dicatat dalam log system, dan log ini hampir pasti diperiksa administrator secara rutin. Sebagai akibatnya, administrator tahu bahwa suatu upaya pembobolan tengah berlangsung. Oleh karena itu, para hacker sekarang berusaha menggunakan teknik-teknik tertentu untuk menyalin file daftar password dari sistem sasaran ke komputer mereka sendiri, lalu mencoba memecahkannya dengan program penebak password saat off-line. Dengan demikian, kemungkinan terdeteksi menjadi lebih kecil.
Menyadap password dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang umum sekarang adalah dengan menyadap dan memeriksa paket-paket data yang lalu-lalang dalam suatu jaringan (lazim disebut “sniffing” atau packet monitoring). Sniffing atau mengendus biasanya dilakukan terhadap paket-paket data yang dikirim dalam bentuk teks biasa atau tidak terenkripsi.
Praktek sniffing yang lebih maju dibantu oleh sebuah protocol analyzer, yang untuk membaca paket data yang “dibungkus” protokol tertentu. Pemeriksaan paket-paket data dalam suatu jaringan sebenarnya adalah juga praktek yang bermanfaat di kalangan administrator sistem, untuk mengawasi gejala-gejala awal penyusupan. Namun, cara ini juga umum di kalangan hacker maupun penjahat komputer.
Sebuah program pemantau paket dapat ditugaskan untuk mencari paket-paket yang berisikan kata-kata kunci semacam “password”, “login” dan sebagainya, lalu menyalin paket tersebut untuk dianalisis hacker yang bersangkutan. Contoh program sniffer antara lain Netmon, EtherPeek, LanWatch, tcpdump. Kesalahan pada program juga dapat dieksploitasi oleh para calon penyusup.
Program-program versi awal maupun yang sudah cukup rumit seringkali memiliki bug yang dapat membuat program tersebut macet/crash, lalu “membuang” pemakainya ke sistem operasi. Program lapis luar (menjalankan servis untuk umum) yang “bermasalah” dan memiliki banyak perintah pengaksesan ke bagian dalam suatu jaringan dapat macet dan “melemparkan” seorang pemakai ke dalam jaringan bila program tersebut kebetulan “kumat”. Memori (stack buffer) sering menjadi titik lemah (dan sasaran utama hacker) dalam sistem-sistem demikian. Buffer overflow, misalnya pada server POP (Post Office Protocol) dengan qpopper dari Qualcomm, bisa digunakan untuk langsung mengakses direktori root.
Pada beberapa perangkat lunak lain, biasanya para hacker menciptakan kondisi buffer overflow untuk mendapatkan sebuah shell (sebagai hasil “proses anak”/child process) dalam sistem terproteksi, yang bisa digunakan untuk hacking lebih jauh. Kadangkala seorang hacker sengaja mengirimkan input data atau rangkaian perintah yang dirancang sedemikian rupa untuk mengeksploitasi kelemahan sistem ini.
Selain kesalahan pada programnya sendiri, seorang hacker bisa juga mencari kelemahan akibat kesalahan konfigurasi program. Misalnya pada anonymous FTP
(File Transfer Protocol), yang, bila tidak dikonfigurasi dengan benar, bisa dimanfaatkan untuk mengambil file-file penting (misalnya /etc/passwd). Hal yang mirip adalah pada tftp (Trivial File Transfer Protocol), daemon yang dapat menerima perintah transfer file tanpa adanya proteksi password. Contoh yang lebih tua lagi adalah eksploit PHF, yang dulu sering digunakan untuk menghack situs Web.
Cara lain yang cukup umum adalah dengan memanfaatkan script CGI (Common Gateway Interface). CGI adalah antarmuka yang memungkinkan komunikasi antara program klien dan server. Skrip CGI sebenarnya sering digunakan untuk pembuatan efek-efek pada Web page, tetapi dalam kaitannya dengan keamanan, sebuah skrip CGI juga memungkinkan akses file, penciptaan shell, maupun pengubahan file secara ilegal. Eksploitasi CGI ini sebenarnya bukan merupakan kesalahan pada bahasa penulisan scriptnya, tetapi merupakan teknik pemrograman yang cerdik (biasanya dengan manipulasi validasi input).
Selain memori dan penggunaan skrip, ada kalanya hacker menemukan cara untuk mengeksploitasi kelemahan yang muncul dari feature baru suatu program. Misalkan pada server berbasis Win32. Win32, yang mendukung dua macam penamaan file: penamaan yang panjang (misalnya namafilepanjang.com), dan penamaan pendek (namafi~1.com), yang berguna untuk menjaga kompatibilitas dengan sistem operasi lama.
Dalam kasus ini, kadang-kadang seorang administrator hanya memproteksi file berdasarkan nama pendeknya (pada contoh di atas, namafi~1.com). Bila hal itu terjadi, hacker bisa mengakali proteksi tersebut dengan mengakses file itu menggunakan nama panjangnya (namafilepanjang.com). Kelemahan lain yang umum dikenal adalah eksploitasi terhadap fasilitas file sharing (utamanya pada Windows NT). Fasilitas file sharing, bila dikonfigurasi dengan kurang baik, memungkinkan sebarang orang untuk mengakses data-data dalam komputer dengan mudah.
Di tingkat perangkat keras, evolusi perangkat keras juga menimbulkan berbagai celah baru. Beberapa perangkat keras jaringan modern, yang secara fisik bukan merupakan komputer, sebenarnya berisi komponen yang fungsinya menyerupai komputer. Misalkan saja printer. Beberapa printer berisi CPU SPARC, dan menjalankan sistem operasi UNIX (Solaris UNIX), sehingga secara teoritis memiliki user account sendiri, dan bisa dihack, sama seperti komputer biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa! Cukup Klik 1X Iklan Dibawah
belajar komputer